Siapa nama dia?

Cerita ini sangat ku impikan. Waktu itu kembali membawaku ke masa sekolah SMK. Aku mengingat kembali waktu duduk di sebuah kelas seperti pertama kali masuk sekolah. Banyak siswa yang tidak kukenal, aku tidak punya sama sekali teman jadi aku bersikap baik pada mereka yang berada di sekitar bangku kelasku. Ketika itu aku selalu dapat bangku di belakang, aku terlalu takut untuk mempertahankan kursi didepan. Sikap mengalah ini terkadang menguntungkan karena aku dapat duduk dibelakang "dia". Sebenarnya saat itu aku sudah punya seseorang kekasih jadi aku tidak merasa kesepian, tetapi aku merasa khawatir dengan kekasihku yang jauh disana. 

Waktu berlalu, sikap baikku di perhatikan oleh "dia" tepat aku duduk di belakangnya. "Dia" dan 3 kawannya yang sudah memiliki pasangan masing-masing kurasa sudah berteman sebelum masuk ke sekolah yang sama denganku. Dan kurasa pasangannya 1 kelas denganku semua. Kau merasa iri, enaknya bisa begitu, pulang mereka selalu bersama, ada teman ngobrol dan makan saat istirahat. Aku yang masih sendiri tetap bersikap bermuka 2 dan baik di belakang mereka. Tetapi setiap hari "dia" selalu saja mencuri pandang kepadaku, dengan keadaanku yang masih memiliki kekasih, aku bersikap cuek dan pura-pura tidak tahu apa yang "dia" lakukan.

Suatu ketika saat pulang sekolah dengan dibantu dorongan temannya "dia" menungguku dan menyatakan perasaannya kepadaku. Lalu kukatakan kepadanya "Aku tidak bisa menjawabnya". Aku tinggalkan begitu saja "dia". Jelas aku tidak bisa menjawab perasaannya karena kondisi ku saat ini masih memiliki kekasih walau kekasihku jarang lagi memberi kabar. Hari berikutnya adalah ujian. Guru mengacak tempat duduk kami agar tidak bisa kerja sama dan aku berada jauh darinya. Ini bagus tetapi kenapa aku selalu merasa diperhatikan, saat aku mencuri pandang selalu saja "dia" melihat ke arahku walaupun aku duduk di paling depan. Saat ujiannya sudah selesai aku selalu melihat keluar jendela dan "dia" memberiku sepotong kertas bertuliskan "aku akan menunggumu". Pikiranku "dia" ini memiliki penyakit mental atau apa. Jam istirahat makan siang, aku selalu tidak kemana-mana dari kursiku, tetapi saat itu "dia" membalikkan badan dan berkata "boleh aku makan denganmu". Yang biasanya dia makan diluar bareng temannya karena mereka bawa bekal masing-masing, kini temannya pergi duluan seperti tahu hal ini akan terjadi. Aku tidak bisa kemana-mana, aku akan menjadi pengecut jika lari dari kondisi saat ini. "Dia" menawariku bekalnya dan berkata "aku sudah tahu banyak hal tentangmu, temanku menceritakannya". "Dia" ini sangat giat, tapi apa "dia" tahu aku sudah punya kekasih?. "Kalau kamu sudah tahu tentangku kenapa masih mengikutiku" kupikir "dia" sama seperti temannya sudah punya kekasih di kelas ini atau tempat lain tetapi hal itu tidak terjawab olehnya.

Suatu ketika aku datang ke sekolah kekasihku, aku menunggunya seraya memberi kejutan. Tetapi dia pulang dengan cowok lain. Aku mencoba untuk chat saat kusadari ternyata selama ini aku di block olehnya. Emosi tak terbendung. Selama pelajaran berlangsung pun pikiranku tak tenang. Dan "dia" pun menyadarinya. Sepulang sekolah "dia" kembali menungguku. "Aku akan tetap disisimu apapun yang terjadi".

Comments

Popular Posts